Kasihan sekali nasib seorang wanita di Swedia ini. Selama 2 tahun, ia menjalani pengobatan kemoterapi untuk kanker, padahal ia sebenarnya tidak mengidap kanker. Akibatnya, ia mengalami gejala efek samping berupa kerapuhan tulang dan kerusakan tulang belakang.
Wanita berusia 60-an tahun yang namanya dirahasiakan tersebut didagnosis mengidap kanker payudara. Ia mengeluh sakit di bagian punggungnya. Hasil pemeriksaan sinar-x menunjukkan ada tumor di hati dan dan organ vital lain. Dokter menduga bahwa itu adalah kanker yang sudah menyebar.
Untuk mencegah penyakit berkembang lebih parah, pihak rumah sakit segera menjalankan program perawatan secara menyeluruh, termasuk kemoterapi, radiasi dan kortison. Setelah 2 tahun, barulah dokter menyadari ada kekeliruan dalam diagnosis kanker wanita tersebut. Apa yang terlihat pada sinar-X 2 tahun lalu ternyata bukan kanker.
"Ini sangat disesalkan. Kami sangat menyesal untuk ini dan berharap hal ini bisa dibatalkan," kata Lars-Goran Holtby, dokter kepala di Rumah Sakit Gavle seperti dilansir harian The Local, Senin (21/1/2013).
Perawatan kanker tersebut menghasilkan sejumlah efek samping, misalnya tulang rapuh dan tulang belakang rusak. Tak hanya itu, pemeriksaan dokter menemukan sebagian otak wanita tersebut telah rusak akibat terapi. Akibatnya, dia tak lagi cakap mengendalikan tangannya.
Pengobatan yang tidak perlu itu membuat wanita tersebut mengalami cedera permanen. Entah mengapa kekeliruan ini baru terungkap setelah 2 tahun lamanya. Sebelumnya, rumah sakit yang sama juga sempat mengalami bencana medis tahun lalu.
Dokter bedah keliru mengangkat seluruh sendi pinggul pasien wanita berusia 30 tahun, padahal yang diperlukan hanyalah menghilangkan sedikit pertumbuhan yang abnormal. Walau dokter sudah berupaya keras menempelkan kembali sendi tersebut, korban akhirnya menderita infeksi dan harus diamputasi.
Wanita berusia 60-an tahun yang namanya dirahasiakan tersebut didagnosis mengidap kanker payudara. Ia mengeluh sakit di bagian punggungnya. Hasil pemeriksaan sinar-x menunjukkan ada tumor di hati dan dan organ vital lain. Dokter menduga bahwa itu adalah kanker yang sudah menyebar.
Untuk mencegah penyakit berkembang lebih parah, pihak rumah sakit segera menjalankan program perawatan secara menyeluruh, termasuk kemoterapi, radiasi dan kortison. Setelah 2 tahun, barulah dokter menyadari ada kekeliruan dalam diagnosis kanker wanita tersebut. Apa yang terlihat pada sinar-X 2 tahun lalu ternyata bukan kanker.
"Ini sangat disesalkan. Kami sangat menyesal untuk ini dan berharap hal ini bisa dibatalkan," kata Lars-Goran Holtby, dokter kepala di Rumah Sakit Gavle seperti dilansir harian The Local, Senin (21/1/2013).
Perawatan kanker tersebut menghasilkan sejumlah efek samping, misalnya tulang rapuh dan tulang belakang rusak. Tak hanya itu, pemeriksaan dokter menemukan sebagian otak wanita tersebut telah rusak akibat terapi. Akibatnya, dia tak lagi cakap mengendalikan tangannya.
Pengobatan yang tidak perlu itu membuat wanita tersebut mengalami cedera permanen. Entah mengapa kekeliruan ini baru terungkap setelah 2 tahun lamanya. Sebelumnya, rumah sakit yang sama juga sempat mengalami bencana medis tahun lalu.
Dokter bedah keliru mengangkat seluruh sendi pinggul pasien wanita berusia 30 tahun, padahal yang diperlukan hanyalah menghilangkan sedikit pertumbuhan yang abnormal. Walau dokter sudah berupaya keras menempelkan kembali sendi tersebut, korban akhirnya menderita infeksi dan harus diamputasi.